Kamis, 01 Agustus 2013

Lembaga dan Organisasi, serta Analisis Kelembagaan


Lembaga (Institution) dan Organisasi (Organization); serta Analisis Kelembagaan (Institutional Analysis)

(jika kurang manis diliat, coba postingan yang ini: http://syahyuti.wordpress.com/2013/08/02/lembaga-dan-organisasi-serta-analisis-kelembagaan-2/ )

Lembaga dan organisasi emang bikin bingung. Baik diktat kuliah, buku, paper, bahkan sampai produk legislasi di Indonesia, ga pernah jelas apa beda lembaga dan organisasi. Kalo mau lebih jelas, ini sudah saya jelaskan di banyak paper-paper saya. InsyaAllah semua ada di internet. Cari aja di google, misalnya “syahyuti kelembagaan”, “syahyuti lembaga”, dll

Saya coba menjelaskan ini dengan berpedoman kepada bukunya Richard Scott (Stanford University, USA.) 2008. Institutions and Organizations. Third Edition. SAGE Publications, Inc. Saya kutip makna lembaga (institution) sebagaimana ia definisikan yaitu =   “….are composed of cultured-cognitive, normative, and regulative elements that, together with associated activities and resources, provide stability and meaning of social live”.

Dari definisi ini terbaca, bahwa ada tiga hal yang mengarahkan, membentuk atau mempengaruhi perilaku manusia sehari-hari, yaitu norma, regulasi dan kultural kognitif nya si aktor. Siapa aktor? Individu dan ...................organisasi. Jadi, organisasi adalah aktor.

Bisa kah manusia menjalankan hidupnya tanpa organisasi? Bisa, sangat bisa. Karena lembaga cukup baginya untuk menjalankan hidup. Ini saya temukan berkali-kali di desa. Banyak desa yang ga punya organisasi apapun, tapi petaninya dapat tetap hidup, bernafas, dan bisa menjalankan usaha pertaniannya. Apa pedomannya? LEMBAGA.

Apa sih sesungguhnya lembaga atau kelembagaan? Ini adalah ilmu yang menjelaskan mengapa manusia berperilaku begini atau begitu. Mengapa ada orang berrelasi dengan si anu tidak dengan si anu. Mengapa orang baik2 dengan si Polan1, berjarak sama si Polan2, dan berantem sama si Polan3. Hehe.

Nah, organisasi juga niatnya sama. Orang membentuk organisasi, atau petani sengaja dimasukkan ke organisasi, biar perilakunya mudah diawasi. Terkontrol dan efektif. Siapa yang bilang begini? Ya tentu saja para “ahli organisasi”.

Jadi brother, pada hakekatnya sama aja. Para ahli lembaga dan kelembagaan berkeyakinan bahwa untuk menjelaskan perilaku sekelompok manusia dan memahami perilakunya, maka gunakan komponen kelembagaan (yang 3 pilar tea). Sedangkan, menurut ahli organisasi, adalah melalui pengorganisasian secara formal. Lama-lama, diantara mereka timbul kesalingsepahaman, maka lahirlah NEW INSTITUTONALISM tersebut.

Bapak ibu mau tahu peta pemikiran persoalan ini?  Saya juga udah buatkan petanya. Silahkan klik di sini: http://websyahyuti.blogspot.com/2011/11/peta-pemikiran-lembaga-institution-dan.html Silahkan didownload, diprint juga boleh, ......tapi jangan dikomersilkan ya. Kalau mau komersil bagi-bagi ya untungnya, hehe

Kalau mau lebih jelas, Bapa Ibu Rekan bisa baca di buku saya ini: “Syahyuti. Gampang-Gampang Susah Mengorganisasikan Petani.  Penerbit: IPB Press Tahun: 2012”. Sekalian promosi, daftar Isi buku ini adalah sbb.:
 

Bab I. Pendahuluan

Bab II. REKONSEPTUALISASI TEORI LEMBAGA DAN ORGANISASI  

2.1. Ketidakkonsistenan konsep di level akademisi
2.2. Ketidakkonsistenan Istilah dalam Produk Legislasi Pemerintah
2.3. Perumusan istilah dan rekonseptualisasi “lembaga dan organisasi” yang lebih operasional
2.4. Pendekatan Kelembagaan Baru
2.5. Konsep dan Teori Organisasi, serta Interaksinya dengan Kelembagaan

Bab III. Kondisi dan Praktek Pengembangan Organisasi Petani  

3.1. Strategi  dan Pola Pengembangan Organisasi Petani di Indonesia
3.2. Intervensi negara berupa organisasi formal dan ”perlawanan” petani.
3.3. Pengaruh Kultur Pasar Dalam Pembentukan Organisasi Petani
3.4. Lokalitas dan Kemandirian
3.5. Organisasi untuk Pemenuhan Permodalan
3.6. Organisasi untuk menjalankan pemasaran
3.7. Penyuluhan untuk Membentuk dan Menggerakkan Organisasi
3.8. Pengorganisasian Petani untuk Kegiatan Anti Kemiskinan
3.9. Mengorganisasikan Perempuan Petani

Bab IV. KUNCI-KUNCI PENGEMBANGAN ORGANISASI PETANI 

4.1. Faktor Waktu serta Pilihan Organisasi dan Konfigurasi Organisasi
4.2. Pengembangan Gapoktan sebagai Intergroup Associaton
4.3. Koperasi sebagai Organisasi Multiperan Untuk Petani Kecil
4.4. Berbagai pertimbangan yang digunakan petani untuk berpartisipasi dalam organisasi formal
4.5. Kepemimpinan: Dilema Antara Aktor Versus Organisasi
4.6. Partisipasi dan Peran Pihak luar
4.7. Mitos tentang Bantuan Uang
4.8. Organisasi dan Social Capital
4.9. Pengorganisasian sebagai Upaya Pemberdayaan
4.10. Organisasi untuk Menjalankan Tindakan kolektif
4.11. Efektivitas Sanksi dalam Organisasi

Bab V PENGEMBANGAN ORGANISASI PETANI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KELEMBAGAAN BARU

5.1. Konfigurasi dan Pilihan yang Dihadapi Petani dalam menjalankan Usaha Pertanian
5.2. Langkah-Langkah  dan Prinsip Pembentukan dan Pengembangan Organisasi Petani
5.3. Organisasi Hanyalah Alat, Bukan Tujuan
5.4. Pengembangan Teori dan Praktek Lembaga dan Organisasi dalam Kerangka Ilmu Sosial

Daftar Pustaka

Kekeliruan yang sering terjadi selama ini adalah:

  1. Menyebut lembaga sama dengan organisasi
  2. Menganggap dengan membuat organisasi telah menyelesaikan masalah kelembagaan. Ini yang sering dilakukan birokrat. Maka, yang disebut dengan penguatan kelembagaan pertanian misalnya adalah dengan “ganti menteri”, atau tambahin Dirjend baru. Ini baru struktur Bro. Baru organisasi nya doang.
  3. Menganggap dengan mempelajari organisasi telah melakukan analisis kelembagaan. Ini yang selalu dilakukan di kampus-kampus oleh mahasiswa S1, S2 dan S3. Kalau mau lihat yang beda, boleh lihat disertasi saya. Kayanya di website UI ada versi lengkapnya, coba aja cari.  
  4. Kajian kelembagaan biasanya hanya meneliti kebijakan-kebijakan saja. Belum termasuk aspek normatif dan kultural kognitif. Masih jauh.

Karena kekacauan ini, maka saya lakukan Rekonseptualisasi “Lembaga” dan “Organisasi”. Begini semestinya lembaga, kelembagaan, organisasi dan keorganisasian kudu didefinisikan.

In English
Biasa diterjemahkan menjadi
Terminologi semestinya
Batasan dan materinya
1. institution
Kelembagaan, institusi
Lembaga
norma, regulasi, pengetahuan-kultural. Menjadi pedoman dalam berperilaku aktor
2. institutional
Kelembagaan, institusi
Kelembagaan
Hal-hal berkenaan dengan lembaga.
3. organization
Organisasi, lembaga
Organisasi
social group, yg sengaja dibentuk, punya anggota, utk mencapai tujuan tertentu, aturan dinyatakan tegas. (kelompok tani, koperasi, Gapoktan)
4. organizational
Keorganisasian, kelembagaan
Keorganisasian
Hal-hal berkenaan dengan organisasi (struktur org, anggota, kepemimpinannya, manajemennya, dll).

Jadi, ibarat akuarium, maka lembaga itu adalah airnya, sedangkan organisasi adalah ikannya. Ikan yang berbeda butuh air yang berbeda, ya kan? Ikan air tawar ga bisa pakai air laut. Nah, jika kita mau memasukkan satu jenis ikan liat-liat dulu lah airnya bagaimana. Inilah yang disebut dengan “analisis kelembagaan” nya. Menganalisis airnya.
 
Salah
Benar
Kelembagaan petani
Organisasi petani, organisasi milik petani
Lembaga kelompok tani,  lembaga Gapoktan, lembaga koperasi
Organisasi kelompok tani, organisasi Gapoktan,  organisasi koperasi
Mengembangkan kelembagaan permodalan petani
Mengorganisasikan petani dalam pemenuhan permodalan

Menurut paham Kelembagaan Baru (New Institutionalism) dalam soiologi,  maka ada 3 pilar dalam lembaga (kelembagaan), sbb.:

1.Regulative pillar
v  “rules define relationship among role”
v  rule setting, monitoring, sanksi
v  kapasitas untuk menegakkan aturan
v  reward and punishment
v  melalui mekanisme informal (folkways) dan formal (polisi, pengeadilan)
v  represi, constraint, dan meng-empower aktor
2.Normative pillar
v  norma menghasilkan preskripsi (=lebih dari antisipasi dan prediksi), evaluatif, dan tanggung jawab
v  mencakup: value (= prefered and desirable) dan norm (how things should be done)
v  Gunanya agar tahu apa goal dan objectives kita, dan cara mencapainya
v  meng-constraint dan meng-empower aktor
3.Cultural-cognitive pillar
v  Intinya meaning
v  Konsep bersama tentang kehidupan sosial dan kerangka dimana makna-makna diproduksi
v  Sedimentasi makna dan kristalisasi makna dalam bentuk objektif
v  Berisi proses interpretatif internal yang dibentuk oleh kerangka kultural eksternal
v  Situation shared secara kolektif
v  Bersifat individual dan variatif
v  Culture = what is and what should be

Berkenaan dengan organisasi, perlu digarisbawahi beberapa konsep berikut, yang cilakanya selama ini selalu dilabel dengan “kelembagaan” pula. Oo, betapa kacaunya.

  1. Individual organization? Anggotanya individu.  Misal kelompok tani, koperasi. Aspek kepemimpinan, keanggotaan, manajemen, keuangan organisasi, dll.
  2. Second level organization / interorganization? Anggotanya ind org. Misal Gapoktan
  3. Supporting organization? Misal Pemda, penyuluh, dll
  4. Inter relation organization? Misal relasi antar kelompok tani, relasi vertikal, dll.

Jika saudara mau melakukan “analisis untuk organisasi”, maka lebih kurang bisa dengan mempelajari bagian-bagian berikut. Sekali lagi, inipun selama ini sering pula dikalim sebagai analisis kelembagaan.

Pedoman singkat untuk menilai sebuah organisasi (Short Guide for Organizational Assessment):

  1. Bagaimana Kinerja organisasi (Organizational Performance) ?
  2. Bagaimana Kemampuan organisasi tumbuh di lingkungannya (The Enabling Environment and Organizational Performance) ?
  3. Bagaimana Motivasi organisasi (Organizational Motivation) ?
  4. Bagaimana Kapasitas Organisasi (Organizational Capacity) ?

Jadi, mempelajari organisasi jelas lebih mudah, dibandingkan mempelajari kelembagaan. Untuk memahami kelembagaan kita kudu lebih banyak informasinya, lebih lama di lapangannya. Wawancaranya juga kudu mendalam pisan. Metodenya bisa beda banget.

Berkut contoh analisis Kelembagaan:

Misalnya adalah Analisis kelembagaan (Institutional Analysis) Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Ini lah objek dan pertanyaan harus digali jika kita melakukan Analisis Kelembagaan Penyuluhan Pertanian:

Aspek
Objek nya
Analisis kelembagaan
1.  Aspek regulatif
UU no 16 tahun 2006 merupakan pedoman
Apakah UU ini diterapkan, dijadikan pedoman, diterima, ditolak? Bagian mana yg diterima, kenapa?
Permentan No. 61 Tahun 2008 ttg  Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya
Dan Penuyuh Pertanian Swasta
Persepsi penyuluh dan pihak lain terhadap aturan ini? Realisasi dan kendalanya bagaimana?
Peraturan daerah Pemda ttg penganggaran dan pengorganisasian
Kajian kebijakan,  konsistensi nya dengan UU di atasnya, bagaimana realisasinya? Dll.
Pedoman untuk manajemen kerja penyuluh
Apakah pedoman dijalankan, apa  masalahnya, bagaimana konsistensinya dengan teori dan kebijakan di atasnya?
2.  Aspek normatif
Norma-norma kerja pada tenaga penyuluh
Bagaimana penyuluh memandang pekerjaannya, apakah sesuatu yang baik atau tidak? Pakah mereka bangga menjadi penyuluh?
Persepsi ttg peran penyuluh dalam pembangunan pedesaan
Apakah penyuluhan pertanian harus? Adakah opsi lain? Apakah metodenya masih efektif?
Nilai-nilai atau adab dalam komunikasi yang diterapkan
Apakah komunikasi menunjukkan dominansi, pemaksaan? Apakah itu boleh? Baik?
Nilai-nilai dalam materi penyuluhan
Apakah memberikan materi yang sesuai dengan etika petani?
3.  Aspek kultural kognitif
Pengetahuan pengambil kebijakan ttg kegiatan penyuluhan
Bagaimana tingkat pengetahuan pengambil kebijakan tentang konsep dan teori penyuluhan? Apa agenda tersembunyi di belakangnya?
Pengetahuan tenaga penyuluh tentang kebijakan,  organisasi, dan metode penyuluhan
Bagaimana pengetahuan dan persepsi tenaga penyuluh (tua, muda, laki-laki, perempuan) ttg kegiatan penyuluhan? Bagaimana dan mengapa persepsi  itu terbentuk?
Pengetahuan petani tentang kegiatan penyuluhan, pembangunan pertanian, dll
Apa pengetahuan petani ttg kegiatan penyuluhan?  Apakah perlu atau tidak? Apa latar sosial ekonomi sehingga itu terbentuk?
Pengetahuan petani tentang materi penyuluhan
Bagaimana persepsi petani tentang materi yang disampaikan? Sesuai dengan kebutuhan petani atau tidak? Bagaimana itu terbentuk? Bagaimana persepsi petani dapat menjadi feed back?

Ketiga matrik di atas adalah baru untuk memahami aspek kelembagaannya saja, sesuai dengan 3 pilar

Nah, khusus untuk Analisis Keorganisasian Penyuluhan-nya, maka objek dan pertanyaan yanga kudu digali sekurangnya adalah sbb.:

Aspek
Objeknya
Analisis kelembagaan
Aspek keorganisasian
Struktur keorganisasian pelaksana penyuluhan
Organisasi apa saja yang terlibat dari atas sampai bawah? Pusluh,  Badan Penyuluhan Pemda, perguruan tinggi, NGO?
Kinerja organisasi
Bagaimana kinerja organisasi penyuluhan yg eksis? Kuat, atau lemah? Dimana dan kenapa?
Kapasitas organisasi penyuluhan
Bagaimana kemampuan BPP menjalankan penyuluhan? Apakah Gapoktan mampu membantu nya? Mengapa?
Kondisi dan kinerja organisasi petani
Apa saja organisasi petani yang eksis? Apa perannya? Mengapa demikian? Bagaimana agar bisa membantu penyuluhan?  Perlu kah bentuk baru
Hubungan antar organisasi
Bagaimana relasi antar organisasi? Adakah  dominansi ataukah demokratis? Relasi horizontal dan vertikal? Integrasi dan koordinasinya bagaimana?

Nah brother, dengan penjelasan kaya gini, mudah-mudahan ga pada lieur, pebeuleut deui, atawa confuse lagi tentang apa itu lembaga, apa itu organisasi, dan bagaimana pula itu analisis kelembagaan. Mudah-mudahan berguna ya. Salam hangat, .................... dan tetap semangat!