Senin, 17 Januari 2011

Organizational fields (lapangan organisasi)

Ini merupakan konsep yang sangat vital dalam bidang ilmu yang berkaitan dengan proses kelembagaan dan organisasi. Secara umum, fields dapat dipandang sebagai sebuah unit atau level analisis.

Lapangan organisasi berkenaan dengan: (1) bagaimana organisasi bekerja dalam situasi yang ia hadapi, (2) tentang exchange partner, customer, kompetitornya, intermediary actors, bagaimana berhadapan dengan para pengatur (regulator), dengan agen-agen pendanaan, serta (3) bagaimana pengaruh organisasi-organisasi lain kepadanya (organization population). Pada hakekatnya ini adalah tentang ENVIRONMENT of ORGANIZATION. Tentang lingkungan dimana sebuah organisasi hidup, bagaimana ia menghadapinya, menyikapinya, bagaimana mengambil manfaat dari kondisi yang ada. Lebih kurang demikian. Berkenaan dengan local social order yang ada dan melingkupinya.

Konsep yang agak dekat dengan OF adalah organization set dan organization population.

Ada beragam fields yang dihadapi organisasi, mulai dari lingkungan berjiwa pasar ke policy domains, serta yang less structured dan more contested arna for struggle. Konsep field menjembatani organisasi dengan dunia yang lebih luas, dengan struktur makro, dengan lingkungan transnasional, dst. Menurut DiMaggio (1986), OF telah lahir sebagai unit penting yang menghubungkan organisasi dengan level masyarakatnya.

*****

Legitimacy (legitimasi)

Konsep legitimasi merupakan konsep lama yang pertama dikenalkan oleh Weber, yaitu tentang bagaimana peran legitimasi dalam kehidupan sosial, khususnya pada terbentuk dan bertahannya wewenang. Dalam pengertian secara mendasar, legitimasi adalah tentang hubungan sosial tertentu yang dikukuhkan sebagai hal yang BENAR dan TEPAT secara moral.

Konsep legitimasi merupakan hal penting pula dalam mempelajari organisasi. Organisasi yang legitimet (=dilegitimasi oleh masyarakat) cirinya adalah ia sesuai (conform) dengan kerangka rasional dan legal dalam masyarakat tersebut. Parson menyebutkan bahwa organisasi yang legitimet, maka tujuan organisasi harus kongruen dengan nilai-nilai yang hidup di masyarakat bersangkutan.

Di sisi lain, Meyer dan Rowan, lebih memperhatikan pada aspek struktur dan prosedur dalam organisasi. Ia mempelajari bagaimana struktur dan prosedur yang berjalan dalam sebuah organisasi yang telah di-legitimet tersebut.

Sebuah organisasi hanya akan berjalan bila dilegitimasi oleh lingkungannya. Ibarat ikan laut, ia hanya akan hidup jika jika airnya ya air laut, meskipun itu di akuarium.


******

Isomorphism (isomorfis)

Konsep isomorfis digunakan dalam teori organisasi. Konsep ini berawal dari Amos Hawley, seorang antropologist, yang menemukan bahwa unit-unit yang berada dalam satu lingkungan yang sama, akan sama pula bentuk keorganisasiannya. Konsep isomorfis lahir, karena tiap unit dalam satu unit sosial, akan menuju pada cara bertahan hidup yang paling tepat dan baik (best adapted to survival).

Sementara, kalangan neo kelembagaan, menjelaskannya melalui konsep social fitness. Satu lingkungan kelembagaan tertentu hanya akan melegitimasi satu bentuk organisasi saja, atau cenderung hanya pada satu bentuk yang lebih kurang sama (similar).

Menurut DiMaggio dan Powell, institutional isomorphism memperhatikan berbagai hal di lingkungannya baik yang berbentuk pemaksaan (coercive), normatif, dan mekanisme mimetik. Organisasi-organisasi individual akan cenderung similar tanpa melihat efisiensinya. Struktur formal dan non formal juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam mempelajari gejala isomorfisme. Keduanya memberi pengaruh pada struktur dan prosedur dalam organisasi.


*****